Tuesday, February 14, 2017

Cerita Dewasa Pengalaman Seks Pertama Ku Dengan Guru Inggris

Orang lebih banyak mengenalku sebagai Priambudhy Saktiaji, jadi kawan-kawan memanggilku Budhy. Aqu tinggal di Bogor, sebelah selatan Jakarta. Tinggiku sekitar 167 cm, bentuk wajahku tak mengecewakan, imut-imut kalau kawan-kawan perempuanku bilang. Langsung saja aqu mulai dgn pengalaman pertamaqu ‘make love’ (ML) atau bercinta dgn seorang perempuan. Kejadiannya waktu aqu masih kelas dua SMA (sekarang SMU).

Waktu itu sedang musim ujian, sehingga kami di awasi oleh guru2 dari kelas yg lain. Kebetulan yg mendapat bagian mengawasi kelas tempatku ujian adalah seorang guru yg bernama Ibu Meity, usianya terbilang cukup muda, sekitar 25 tahunan. Tinggi tubuhnya sekitar 155 cm. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, bentuk wajahnya oval dgn rambut hitam lurus yg di potong pendek sebatas leher, sehingga memperlihatkan lehernya yg jenjang.



Yg membuatku sangat tertarik adalah tonjolan dua bukit buah dadanya yg cukup besar, bokongnya yg sexy dan bergoyg pada waktu dia berjalan. Aqu sering mencuri pandang padanya dgn tatapan mata yg tajam, ke arah meja yg didudukinya. Kadang, tak tahu sengaja atau tak, dia balas menatapku sembari tersenyum kecil. Hal itu membuatku berdebar-debar tak menentu. Bahkan pada kesempatan lain, sembari menatapku dan memasang senyumnya, dia dgn sengaja menyilangkan kakinya, sehingga menampakkan paha dan betisnya yg mulus.

Di waktu yg lain dia bahkan sengaja menarik roknya yg sudah pendek (di atas lutut, dgn belahan disamping), sembari memandangi wajahku, sehingga aqu bisa melihat lebih dalem, ke arah selangkangannya. Terlihat gundukan kecil di tengah, dia memakai celana dalem berbahan katun berwarna putih. Aqu sedikit terkejut dan sedikit melotot dgn ‘show’ yg sedang dilaqukannya. Aqu memandang sekelilingku, memastikan apa ada kawan-kawanku yg lain yg juga melihat pada pertunjukan kecil tersebut. Ternyata mereka semua sedang sibuk mengerjakan soal-soal ujian dgn serius.

Aqu kembali memandang ke arah Ibu Meity, dia masih memandangku sembari tersenyum nakal. Aqu membalas senyumannya sembari mengacungkan jempolku, kemudian aqu teruskan mengerjakan soal-soal ujian di mejaqu. Tentu saja dgn sekali-kali melihat ke arah meja Ibu Meity yg masih setia menyilangkan kakinya dan menurunkannya kembali, sedemikian rupa, sehingga memperlihatkan dgn jelas selangkangannya yg indah.

Sekitar 30 menit sebelum waktu ujian berakhir, aqu bangkit dan berjalan ke depan untuk menyerahkan kertas-kertas ujianku kepada Ibu Meity.

“Sudah selasai?” katanya sembari tersenyum.
“Sudah, bu….” jawabku sembari membalas senyumnya.
“Kamu suka dgn yg kamu lihat tadi?” dia bertanya mengagetkanku. Aqu menganggukkan kepalaqu, kami melaqukan semua pembicaraan dgn berbisik-bisik.

“Apa saya boleh melihatnya lagi nanti?” kataqu memberanikan diri, masih dgn berbisik.
“Kita ketemu nanti di depan sekolah, setelah ujian hari ini selesai, ok?” katanya sembari tersenyum simpul. Senyum yg menggetarkan hatiku dan membuat tubuhku jadi panas dingin.

Siang itu di depan gerbang sekolah, sembari menenteng tasnya, bu Meity mendekati tempatku berdiri dan berkata,

“Bud, kamu ikuti saya dari belakang” Aqu mengikutinya, sembari menikmati goygan pinggul dan pantatnya yg aduhai. Ketika kami sudah jauh dari lingkungan sekolah dan sudah tak terlihat lagi anak-anak sekolah di sekitar kami, dia berhenti, menungguku sampai di sampingnya. Kami berjalan beriringan.

“Kamu benar-benar ingin melihat lagi?” tanyanya memecah kesunyian.

“Lihat apa bu?” jawabku berpura-pura lupa, pada permintaanku sendiri sewaktu di kelas tadi pagi.

“Ah, kamu, suka pura-pura…” Katanya sembari mencubit pinggangku pelan. Aqu tak berusaha menghindari cubitannya, malah aqu pegang telapak tangannya yg halus dan meremasnya dgn gemas. bu Meity balas meremas tanganku, sembari memandangiku lekat-lekat.

Akhirnya kami sampai pada satu rumah kecil, sedikit jauh dari rumah-rumah lain. Sepertinya rumah kontrakan, karena tak terlihat tambahan ornamen bangunan pada rumah tersebut. Bu Meity membuka tasnya, mengeluarkan kunci dan membuka pintu.

“Bud, masuklah. Lepas sepatumu di dalem, tutup dan kunci kembali pintunya!” Perintahnya cepat. Aqu turuti permintaannya tanpa banyak bertanya. Begitu sampai di dalem rumah, bu Meity menaruh tasnya di sebuah meja, masuk ke kamar tanpa menutup pintunya.

Aqu hanya melihat, ketika dgn santainya dia melepaskan kancing bajunya, sehingga memperlihatkan BH-nya yg juga terbuat dari bahan katun berwarna putih, buah dadanya yg putih dan sedikit besar seperti tak tertampung dan mencuat keluar dari BH tersebut, membuatnya semakin sexy, kemudian dia memanggilku.

“Bud, tolong dong, lepasin pengaitnya…” katanya sembari membelakangiku. Aqu buka pengait tali BH-nya, dgn wajah panas dan hati berdebar-debar. Setelah BH-nya terlepas, dia membuka lemari, mengambil sebuah kaos T-shirt berwarna putih, kemudian memakainya, masih dgn posisi membelakangiku. T-shirt tersebut terlihat sangat ketat membungkus tubuhnya yg wangi.

Kemudian dia kembali meminta tolong padaqu, kali ini dia minta dibukakan risleting roknya! Aqu kembali dibuatnya berdebar-debar dan yg paling parah, aqu mulai merasa selangkanganku basah. Kemaluanku berontak di dalem celana dalem yg rangkap dgn celana panjang SMA ku. Ketika dia membelakangiku, dgn cepat aqu memperbaiki posisi kemaluanku dari luar celana agar tak terjepit. Kemudian aqu buka risleting rok ketatnya. Dgn perlahan dia menurunkan roknya, sehingga posisinya menungging di depanku. Aqu memandangi pantatnya yg sexy dan sekarang tak terbungkus rok, hanya mengenakan celana dalem putihnya, tanganku meraba pantat bu Meity dan sedikit meremasnya, gemas.

“Udah nggak sabar ya, Bud?” Kata bu Meity.
“Maaf, bu, habis bokong ibu sexy banget, jadi gemes saya….”
“Kalo di sini jangan panggil saya ‘bu’ lagi, panggil ‘teteh’ aja ya?”
“Iya bu, eh, teh Meity”

Konsentrasiku buyar melihat pemandangan di hadapanku waktu ini, bu Meity dgn kaos T-shirt yg ketat, tanpa BH, sehingga puting buah dadanya mencuat dari balik kaos putihnya, pusarnya yg sexy tak tertutup, karena ukuran kaos T-shirt-nya yg pendek, celana dalem yg tadi pagi aqu lihat dari jauh sekarang aqu bisa lihat dgn jelas, gundukan di selangkangannya membuatku menelan ludah, pahanya yg putih mulus dan ramping membuat semuanya serasa dalem mimpi.

“Gimana Bud, suka nggak kamu?” Katanya sembari berkcak pinggang dan meliuk-liukkan pinggulnya.
“Kok kamu jadi bengong, Bud?” Lanjutnya sembari menghampiriku.

Aqu terdiam terpaqu memandanginya ketika dia memeluk leherku dan mencium bibirku, pada awalnya aqu kaget dan tak bereaksi, tapi tak lama. Kemudian aqu balas ciuman-ciumannya, dia melumat bibirku dgn raqusnya, aqu balas lumatannya.

“Mmmmmmmmmhhhhhhhhhhh….” Gumamnya ditengah ciuman-ciuman kami. Tak lama kemudian tangan kanannya mengambil tangan kiriku dan menuntun tanganku ke arah buah dadanya, aqu dgn cepat menanggapi apa maunya, kuremas-remas dgn lembut buah dadanya dan kupilin-pilin putingnya yg mulai mengeras.

“Mmmmhhhh….mmmmmhhhhh” Kali ini dia merintih nikmat.

Aqu usap-usap punggungnya, turun ke pinggangngya yg tak tertutup oleh kaos T-shirtnya, aqu lanjutkan mengusap dan meremas-remas pantatnya yg padat dan sexy, lalu kulanjutkan dgn menyelipkan jari tengahku ke belahan pantatnya, kugesek-gesek kearah dalem sehingga aqu bisa menyentuh bibir kemaluannya dari luar celana dalem yg dipakainya. Ternyata celana dalemnya sudah sangat basah.

Sementara ciuman kami, berubah menjadi saling kulum lidah masing-masing bergantian, kadang-kadang tangannya menjambaki rambutku dgn gemas, tangannya yg lain melepas kancing baju sekolahku satu per satu. Aqu melepas pagutanku pada bibirnya dan membantunya melepas bajuku, kemudian kaos dalem ku, ikat pinggangku, aqu perosotkan celana panjang abu-abuku dan celana dalem putihku sekaligus. Bu Meity pun melaqukan hal yg sama, dgn sedikit terburu-buru melepas kaos T-shirtnya yg baru dia pakai beberapa waktu yg lalu, dia perosotkan celana dalem putihnya, sehingga sekarang dia sudah telanjang bulat.

Tubuhnya yg putih mulus dan sexy sangat menggiurkan. Hampir bersamaan kami selesai menelanjangi tubuh kami masing-masing, ketika aqu menegakkan tubuh kembali, kami berdua sama-sama terpaqu sejenak. Aqu terpaqu melihat tubuh polosnya tanpa sehelai benangpun. Aqu sudah sering melihat tubuh telanjang, tetapi secara langsung dan berhadap-hapan baru kali itu aqu mengalaminya.

Buah dadanya yg sudah mengeras tampak kencang, ukurannya melebihi telapak tanganku, sejak tadi aqu berusaha meremas seluruh bulatan itu, tapi tak pernah berhasil, karena ukurannya yg cukup besar. Perutnya rata tak tampak ada bagian yg berlemak sedikitpun. Pinggangnya ramping dan membulat sangat sexy. Selangkangannya di tumbuhi rambut-rambut yg sengaja tak dicukur, hanya tumbuh sedikit di atas kemaluannya yg mengkilap karena basah.

Tubuh telanjang yg pernah aqu lihat paling-paling dari gambar-gambar porno, blue film atau paling nyata tubuh ABG tetanggaqu yg aqu intip kamarnya, sehingga tak begitu jelas dan kulaqukan cepat-cepat karena taqut ketahuan. Kebiasaan mengintipku tak berlangsung lama karena pada dasarnya aqu tak suka mengintip.

Sementara bu Meity memandang lekat kemaluanku yg sudah tegang dan mengeras, pangkalnya di tumbuhi rambut-rambut kasar, bahkan ada banyak rambut yg tumbuh di gagang kemaluanku. Ukurannya cukup besar dan panjangnya belasan centi. “Bud, punyamu lumayan juga, besar dan panjang, ada rambutnya lagi di gagangnya” katanya sembari menghampiriku.

Jarak kami tak begitu jauh sehingga dgn cepat dia sudah meraih kemaluanku, sembari berlutut dia meremas-remas gagang kemaluanku sembari mengocok-ngocoknya lembut dan berikutnya kepala kemaluanku sudah dikulumnya. Tubuhku mengejang mendapat emutan seperti itu.



“Oooohhhh…. enak teh….” rintihku pelan. Dia semakin bersemangat dgn kuluman dan kocokan-kocokannya pada kemaluanku, sementara aqu semakin blingsatan akibat perbuatannya itu. Kadang dimasukkannya kemaluanku sampai ke dalem tenggorokannya. Kepalanya dia maju mundurkan, sehingga kemaluanku keluar masuk dari mulutnya, sembari dihisap-hisap dgn raqus.

Aqu semakin tak tahan dan akhirnya…, jebol juga pertahananku. Air maniqu menyemprot ke dalem mulutnya yg langsung dia sedot dan dia telan, sehingga tak ada satu tetespun yg menetes ke lantai, memberiku sensasi yg luar biasa. Rasanya jauh lebih nikmat daripada waktu aqu masturbasi.

“Aaaahhhh… ooooohhhhh…. teteeeeehhhhh!” Teriakku tak tertahankan lagi.
“Gimana? enak Bud?” Tanyanya setelah dia sedot tetesan terakhir dari kemaluanku.
“Enak banget teh, jauh lebih enak daripada ngocok sendiri” jawabku puas.
“Gantian dong teh, saya pengen ngerasain punya teteh” lanjutku sedikit memohon.

“Boleh…,” katanya sembari menuju tempat tidur, kemudian dia merebahkan dirinya di atas ranjang yg rendah, kakinya masih terjulur ke lantai. Aqu langsung berlutut di depannya, kuciumi selangkangannya dgn bibirku, tanganku meraih kedua buah dadanya, kuremas-remas lembut dan kupilin-pilin pelan puting buah dadanya yg sudah mengeras.

Dia mulai mengeluarkan rintihan-rintihan perlahan. Sementara mulutku menghisap, memilin, menjilat kemaluannya yg semakin lama semakin basah. Aqu permainkan klitorisnya dgn lidahku dan ku emut-emut dgn bibirku.

“Aaaaaahhhhh… ooooohhhhhh, Buuuuddddhyyyyy…, aqu sudah tak tahan, aaaaauuuuuhhhhhh!” Rintihannya semakin lama semakin keras.

Aqu sedikit kuatir kalau ada tetangganya yg mendengar rintihan-rintihan nikmat tersebut. Tetapi karena aqu juga didera nafsu, sehingga akhirnya aqu tak terlalu memperdulikannya. Hingga satu waktu aqu merasakan tubuhnya mengejang, kemudian aqu merasakan semburan cairan hangat di mulutku, aqu hisap sebisaqu semuanya, aqu telan dan aqu nikmati dgn raqus, tetes demi tetes. Kakinya yg tadinya menjuntai ke lantai, kini kedua pahanya mengapit kepalaqu dgn ketat, kedua tangannya menekan kepalaqu supaya lebih lekat lagi menempel di selangkangannya, membuatku sulit bernafas. Tanganku yg sebelumnya bergerilya di kedua buah dadanya kini meremas-remas dan mengusap-usap pahanya yg ada di atas pundakku.

“Bud, kamu hebat, bikin aqu klimaks sampai kelojotan begini, belajar darimana?” Tanyanya. Aqu tak menjawab, hanya tersenyum. Aqu memang banyak membaca tentang hubungan seksual, dari majalah, buku dan internet. Sementara itu kemaluanku sudah sejak tadi menegang lagi karena terangsang dgn rintihan-rintihan nikmatnya bu Meity. Aqupun berdiri, memposisikan kemaluanku didepan mulut kemaluannya yg masih berkedut dan tampak basah serta licin itu.

“Aqu masukin ya teh?” Tanyaqu, tanpa menunggu jawaban darinya, aqu melumat bibirnya yg merekah menanti kedatangan bibirku.

“Oooohhhh…” rintihnya,
“Aaaahhhh…” kubalas dgn rintihan yg sama nikmatnya, ketika kemaluanku menembus masuk ke dalem kemaluannya, hilanglah keperjakaanku.

Kenikmatan tiada tara aqu rasakan, ketika gagang kemaluanku masuk seluruhnya, bergesekan dgn dinding kemaluan yg lembut, hingga ke pangkalnya. Bu Meity merintih semakin kencang ketika rambut kemaluanku yg tumbuh di gagang kemaluanku menggesek bibir kemaluan dan klitorisnya, matanya setengah terpejam mulutnya menganga, nafasnya mulai tersenggal-senggal.

“Ahh-ahh-ahh auuuu!” Kutarik lagi kemaluanku perlahan, sampai kepalanya hampir keluar. Kumasukkan lagi perlahan, sementara rintihannya selalu di tambah teriakan kecil, setiap kali pangkal gagang kemaluanku menghantam bibir kemaluan dan klitorisnya. Gerakanku semakin lama semakin cepat, bibirku bergantian antara melumat bibirnya, atau menghisap puting buah dadanya kiri dan kanan. Teriakan-teriakannya semakin menggila, kepalanya dia tolehkan kekiri dan kekanan membuatku hanya bisa menghisap puting buah dadanya saja, tak bisa lagi melumat bibirnya yg sexy.

Sementara itu pinggulnya dia angkat setiap kali aqu menghunjamkan kemaluanku ke dalem kemaluannya yg kini sudah sangat basah, sampai akhirnya,

“Buuudddhhyyyyyy…. aqu mau keluar lagiiiiii… oooohhhhhh… aaahhhhh” teriakannya semakin kacau.

Aqu memperhatikan dgn puas, waktu dia mengejan seperti menahan sesuatu, kemaluannya kembali banjir seperti waktu dia klimaks di mulutku. Aqu memang sengaja mengontrol diriku untuk tak klimaks, hal ini aqu pelajari dgn seksama, meskipun aqu belum pernah melaqukan ML sebelum itu. Bu Meity sendiri heran dgn kemampuan kontrol diriku.

Setelah dia melambung dgn klimaks-klimaksnya yg menyusul, aqu cabut kemaluanku yg masih perkasa dan keras. Aqu memberinya waktu beberapa waktu untuk mengatur nafasnya. Kemudian aqu memintanya menungging, dia dgn senang hati melaqukannya. Kembali kami tenggelam dalem permainan yg panas.

Sekali lagi aqu membuatnya mendapatkan klimaks yg berkepanjangan seakan tiada habisnya, aqu sendiri karena sudah cukup lelah, kupercepat gerakanku untuk mengejar ketinggalanku menuju puncak kenikmatan. Akhirnya menyemburlah air maniqu, yg sejak tadi aqu tahan, saking lemasnya dia dgn pasrah tengkurap diatas perutnya, aqu menjatuhkan diriku berbaring di sebelahnya.

Sejak kejadian hari itu, aqu sudah tak lagi melaqukan masturbasi, kami ML setiap kali kami menginginkannya. Ketika aqu tanya mengapa dia memilihku, dia menjawab, karena aqu mirip dgn pacar pertamanya, yg membuatnya kehilangan mahkotanya, sewaktu masih SMA. Tapi bedanya, katanya lagi, aqu lebih tahan lama waktu bercinta (bukan GR lho). Waktu kutanya, apa tak taqut hamil?, dgn santai dia menjawab, bahwa dia sudah rutin disuntik setiap 3 bulan.
Share:

Cerita Dewasa Bersenggama Dengan Joki Plus Plus

Satu hari aqu mengendarai mobilku memasuki daerah 3in1, seperti biasa aqu mencari 2 joki supaya bisa melaju di restricted zone ala jakarta dgn aman. Pagi itu, mataqu terpana karena ada satu joki perempuan yg laen dari yg laen. Pakeannya sih seperti yg laen, pake t shirt dan jeans, tapi buah dadanya itu lo, montok banget, wajahnya juga lumayan cantik.



Sebelom disamber pengendara lain, segera aqu menepi, dia masuk dan aqu mengajak seorang anak kecil untuk melengkapi 3 orang di mobil. Mobil pun melaju.

“Namanya siapa?” aqu membuka pembicaraan.
“Ayu, om”.
“Gak sekolah”, karna wajahnya masih abg banget.
“Lepas smu, gak ada kerjaan om, jadi ya sementara ngejoki dulu aja.
“Kok gak skolah?”
“Gak ada dana om, om mau sekolahin Ayu”. Aqu hanya senyum saja. Tiba-tiba tangannya mengelus pahaqu. Aqu kaget juga, agresif banget ni perempuan.
“Waduh ramah ya”.
“Kok ramah, om”.
“Iya rajin menjamah”. Napa. gak bole ya om”.
“Boleh kok, jadi pengen ramah juga ni”.
“Ya elus aja om, Ayu gak apa kok”. Aqu gak perduli si anak yg dibangku blakang mendengar percakapan kita ini atao tak, supaya dia blajar cepet jadi gede. Aqupun mengelus pahanya, dia menghentikan aksinya supaya tangannya gak bertabrakan dgn tanganku.

Tanganku menjalar sampe ke selangkangannya, dia sedikit mengangkangkan pahanya, sepertinya dia memang sengaja menarik perhatianku. Karena tempatnya sempit aqu gak bisa mengakses selangkangannya, meskipun dia telah berusaha mengangkangkan pahanya.

“Sering dielus kalo lagi ngejoki ya”. “Sering om”.
“Terus berlanjut gak”.
“Kadang berlanjut tapi seringnya enggak”.
“Kalo berlanjut kemana”.
“Ya tergantung yg bawa om. Om mo bawa Ayu kemana”. Agresif juga jualannya ni perempuan.
“Kamu dah pengalaman ya, umur kamu belon 20 kan”.
“Ya abis gimana, si om nya yg ngajakin masa Ayu tolak si. Tua amat om 20, masih dibawah itu kok om”.

Saat itu, mobil telah sampe dibatas akhir 3in1. Aqu memberi tip pada anak kecil yg duduk dijok blakang, tapi Ayu tak beranjak dari tempat duduknya.

“Kita mo kemana om”.
“Kamu maunya kemana”.
“Om gak sibuk kan, beliin Ayu pakean ya om”. Wah matre juga ni.
“Gak usah yg mahal om, deket sini kan ada department store R, disitu murah kok om, lagi sale lagi”. Memang department store R tu posisinya untuk menengah ke bawah. Ya udah, gak matre matre banget kok, pikirku, maka mobil mengarah ke department store yg disebut Ayu.

Sesampainya disana, department store sepi, maklum pagi dan hari kerja lagi. Gak apa sih, malah enak belanjanya, gak desek2an. Ayu dgn agresifnya menggandeng tanganku menuju ke kounter pakean perempuan. Dia memilih jins, t shirt, asesoris.

“Gak beli daleman Ay”, bisikku.
“Bole ya om”. “Bole aja, beli g string Ay”.
“Ayu skarang pake om. Beli yg model Ayu belon punya ya om”. Dia menuju ke kounter pakean dalem perempuan. Aqu hanya menunggu dari jauh, risih rasanya ikutan masuk ke kounter khusus perempuan itu. Ayu keliahatannya milih2 beberapa, sepertinya dia belon punya.
“Setelah selesai aqu membayar semua pakean yg dibelinya. Karena ada diskon yg lumayan besar, gak terlalu mahal lah pakean yg Ayu beli.
“Om, Ayu beli g string yg ada lobangnya”.
“Jadi bisa langsung masuk ya Yu, gak usah dilepas lagi”.
“Ih om, tau aja”, katanya sembari tersenyum.

Cukup lama rupanya Ayu menghabiskan waktu untuk belanja pakean, karena saat kami keluar department stor jam dah menunjukkan waktu untuk ngisi bahan bakar.

“Ay, cari makanan yuk”.
“Di basement ada food court, kesana aja om, mur mer’.
“apaan tu”. “ah om kurang gaul neh, murah meriah”.
“Kamu sering kesini ya Ay, sampe apal semua tempat blanja dan makan”.
“Ya yg terjangkau buat Ayu kan disini om”.
“Kamu blanja sendiri?”
“Kadang ditemenin, tapi sering sendiri”.
“Blanjanya abis dapet tip besar ya Ay”.
“Om tau aja”. Kami memilih makanan.
“Ay, pusing ni, jualannya banyak banget, Ayu yg milihin ya, aqu ikut aja”.
“Iya deh, om duduk aja disini, pokoknya om akan makan apa juga yg Ayu beli ya”. Aqu mengeluarkan uang, tapi Ayu bilang
“bayarnya nanti kok om, ditagih ma petugas kounternya”. Ayu memilih makanan untuk kami ber2, tak lama dia kembali.
“Kamu sering jalan ma om2 ya Ay”.
“Ya yg Ayu jokiin aja si om, juga gak semua yg Ayu jokiin ngajakin Ayu jalan”.
“Kamu suka ngelus2 mreka juga”.
“La iyalah om, kalo gak agresif gitu mana om tertarik ma Ayu”.
“Aqu mah dah tertarik ma kamu sejak kamu berdiri di pinggir jalan”.
“Masak sih om, mangnya om tertarik ma apanya Ayu”.
“Buah dada kamu Ay, montok banget, jadi pengen nyusu”.
“Ih si om, siang2 dah genit”.
“Mangnya kalo genit gak bole siang ya Ay”.
“Bole aja si om”. Pembicaraan terhenti karena pesanan makanan mulai berdatangan.
“Kebanyakan gak om, om suka kan ma pilihan Ayu”.
“Suka banget Ay, orangnya aqu juga suka kok”.

Ayu cuma tersenyum, selama makan kami becanda aja sembari ngobrol kesana kemari. Aqu membayar bill semua makanan dan minuman itu, selesai makan Ayu langsung ngajak jalan lagi.

“Om, abis makan gini Ayu suka ngantuk deh”. “Jadi mo BBS nih”. “apaan tu om”.
“Katanya gaul, bobo bobo siang”.
“Terserah om deh, Ayu ngikut aja”.
“Ke apartmenku ya”. “siapa taqut, Ayu blon pernah diajak ke apartmen deh om”.
“Biasanya kemana Ay”
“Seringnya ke motel om, short time aja”.
“Kan di motel bisa 6 jam”.
“Tapi paling banter 2 jam udahan om, kan si om nya masi ada acara laennya”.
“Kerja maksud kamu”. “Kali”. Mobil kuarahkan ke apartmenku.

Sesampe di apartmen, Ayu langsung aja melepaskan t shirt dan jinsnya. Kayanya gak mo buang2 waktu. Aqu terpana melihatnya hanya memake daleman kaya gitu. Buah dadanya yg besar seperti mo melompat keluar dari bra nya yg kayanya kekecilan. Yg lebi menarik, Ayu pake g string yg tipis merewarang, sehingga rambut kemaluannya yg lebat berbayg dan berhamburan keluar dari kiri-kanan dan bagian atas g stringnya.

“Wah kamu hasratin banget Ay, buah dada kamu besar, rambut kemaluan kamu lebat gitu. Pasti hasratnya besar ya Ay”.
“Om tau aja si, pengalaman ma abg ya om”. Aqu udah dalem keadaan telanjang. Aqu segera memeluknya dan kutarik ke kamar. diapartmen cuma ada kami berdua.

Branya sebentar saja dah kulepas. Buah dadanya yg ranum menantang sekali dgn dua puting yg mencuat. Aqu mencium kecil pipi kanannya. Dia tersenyum, kemudian membalas mencium kecil bibirku. Aqu pun meraba buah dadanya. Dia menutup mata merasakan kenikmatan tersebut, kemudian aqu mencium bibirnya, sembari sesekali kuhisap bibir bawahnya dan lidahku menjelajah ke rongga giginya dan menghisap lidahnya.

Dia benar benar menikmatinya, kedua tanganku telah berada pada dua buah dada ranumnya. Kuremas remas sembari kupelintir kedua putingnya dgn ibu jari dan telunjukku. Dia terkadang bergetar badannya ketika kombinasi yg kulaqukan yaitu meremas sembari memuntir putingnya.

“Ah, om pinter deh bikin Ayu terangsang ya”, katanya.

Aqu membaringkan badannya diranjang dan langsung kutindih sambih terus meremas dan mencium bibirmya. kemaluanku yg telah ngaceng keras menggesek bibir luar kemaluannya dan gerakan kami seperti orang yg sedang ngen tot. Aqu mendorong kebawah, dia mendorong pula bokongnya keatas. Aqu tarik pinggangku, dia pun demikian. Mukanya bersemu merah menahan hasratnya.

Langsung kujilati puting yg memerah muda, karena hasrat sembari aqu menyedot putingnya dgn keras. Dia menggigit bibir sendiri menahan hasratnya yg kian memuncak. Kakinya telah menyepak kesana kemari. Sembari menjilat, aqu memperhatikan gundukan di bawah pusar yg mumbul dgn rambut kemaluan yg menyembul keluar. Pinggulnya bergerak tak menentu, “Hhh, om..hh enak”, erangnya.

Mendapat respon seperti itu tanganku mulai turun menjelajah dari buah dadanya ke arah perut, mengusap daerah pusar, kemudian turun lagi kebawah pusar yg ditumbuhi rambut kemaluan, kemudian meraba daerah selangkangannya yg empuk. Aqu tekan sekali sekali sembari kuremas. Hal ini menyebabkan gerakan pinggulnya yg makin panas. Aqu dapat melihat butiran butiran keringat hasrat yg menetes dari dahinya yg sedang membasahi rambut panjangnya. Kami langsung berpelukan sembari berciuman panjang.

Setelah pelukan plus ciuman aqu rasa cukup, tanganku mulai bermain ke arah selangkangannya dgn mengusap lembut naik turun melewati belahan kemaluannya. Dari luar cdnya aqu bisa merasakan bahwa didalem telah lembab sekali, tentu banyak cairan yg telah keluar dari kemaluannya. Karena dia menggunakan g string yg memang kurang bahan untuk menutupi kemaluannya, jariku dgn mudahnya dapat masuk melalui samping selangkangan dan bermain di sana. Sesekali jariku bermain pada bibir kemaluannya agak lama, dia meliukan pinggangnya bergoyg goyg.

Aqu tetap tenang mengelus, sesekali seluruh jariku masuk dan meremas kemaluannya dgn lembut. Hal ini membuat dia melenguh keras. Sembari tanganku meremas kemaluannya, tangan kiriku masih terus aktif meremas buah dadanya baik yg kiri maupun yg kanan sembari mengisap bibir dan salah satu puting yg nganggur. Jari tengahku mulai mengilik itilnya. Benar saja, itilnya telah membesar dan basah. dia menggeliat tak tentu arah sembari mendesah,



“Oh.. om enak sekali”.
“G string mu kubuka ya supaya kamu nggak kegencet, liat tuh g string kamu kekecilan nggak bisa nampung bokong kamu yg bulat besar sama kemaluan kamu yg tembem, lagian kamu juga udah basah”, jawabku sembari melepasnya, dan kali ini aqu benar benar melihat dia dalem keadaan polos tanpa sehelai benangpun, dgn keadaan hasrat yg memuncak.

Bukan main indahnya bentuk kemaluannya, dia mempunyai rambut kemaluan yg lebat dan halus semua warna hitam. Rambut kemaluannya nampak rapih, karena dalem keadaan lurus tak keriting seperti wanita kebanyakan. Aqu mulai menyusuri ke arah pusarnya terus turun dan berhenti tepat dikemaluannya. Dia sedikit jengah dan berkata,

“Oh, om jangan liat kayak gitu dong.. Ayu kan malu” sembari tangannya mencoba menutupi.

Tapi dgn cepat tanganku menahannya dan langsung bibirku mencium bibir luar kemaluannya sembari kuhisap-hisap kedua belah bibir kemaluannya. Dia benar benar kelojotan,

” Ah om, oh.. enak banget, hmm.. oh iya bener gitu.. ohh..
“Aqu menyapukan lidahku naik turun sembari tak lupa itilnya aqu emut emut dan didalem bibirku aqu kedut kedutkan.
Lidahku mulai merangsek masuk ke dalem kemaluannya yg memang benar benar telah basah.

Dalem keadaan tersebut kepalanya tersentak kekiri dan kekanan menahan luapan hasrat. Aqu bisa melihat dan merasakan dia hampir nyampe, dan aqu mulai menuntun kemaluanku yg telah siap tempur. Kedua belah kakinya aqu lebarkan sembari tangan kiriku mempermainkan itilnya dgn ibu jari dan tangan kananku mengarahkan kemaluanku ke kemaluannya. Ketika kemaluanku bertemu dgn kemaluannya, kepala kemaluanku langsung seperti dihisap oleh kemaluannya. Aqu peluk dia sembari sedikit aqu goygkan tanpa mendorong masuk kemaluanku ke dalemnya.

Cukup kepalanya saja yg terjepit di dalem kemaluannya. Pinggulnya mengimbangi gerakanku yg naik turun menggesek kemaluannya. Kepala kemaluanku benar benar dijepit erat oleh kemaluannya. Dia merem melek keenakan, dan tangannya memelukku dan mengimbangi gerakanku.

“om, kemaluan om enak banget sih hangat kena kemaluan Ayu.” Setelah kurang lebih tiga menit kami seperti itu, aqu merasakan bokongnya naik lebih tinggi, seakan akan ingin lebih merasakan kemaluanku.

Maka aqupun mulai sedikit demi sedikit mendorong lebih dalem, sehingga seluruh kemaluanku terbenam di dalem kemaluannya. Dia mulai meracau lagi,

“Oh om..enak banget kemaluan om masuk semua ke dalem kemaluan Ayu.. hh. dorong lagi supaya makin dalem masuknya..” Sembari memompa aqu bertanya,

“Ay.. kemaluanku lagi ngapain kemaluan Ayu?”
“Hhh, skh.. hh kemaluan om lagi ngentotin kemaluan Ayu,” jawabnya sembari meremas bokongku gemas. Aqu pura pura tak mendengar ingin dia mengulang lagi kata katanya,
“Ha.. lagi ngapain?”
“Lagi dientot ..ohh nikmatnya..” Aqu bertanya lagi,
“Emang Ayu mau aqu en tot?” Dia menyahut,
“Iya jadi ketagihan nih dien tot sama om, abis kemaluan om mantap, nikmat, enak rasanya.” Sembari begitu aqu benar-benar merasakan jepitan-jepitan halus dari dinding kemaluannya. kemaluannya mempunyai jepitan yg kuat, kemaluanku di dalem seperti dirayapi oleh jutaan semut, jadi seperti terkena setrum kecil, tapi hangat dgn sebentar-bentar kemaluan tersebut mencucup kembang kempis menyedot seluruh kemaluanku.  Setelah lebih 20 menit, dia telah hampir nyampe.

“Ayo om, Ayu udah mau nyampe, enjot terus, iya teken supaya kena i til Ayu oh.. benar begitu .. aduh, enak bener ngen tot ama om.”

Aqupun merasakan intensitas kedutan kemaluannya makin tinggi, dan sepertinya aqupun telah ingin ngecret juga.

“Oh, Ay.. enak banget kemaluanmu ada empot ayamnya, rasanya legit, rapet, peret, oh, aqu mau ngecret, gimana nih didalem atau diluar,” kataqu.
“Didalem aja om supaya enak, Ayu juga mau ngerasain di* air mani om, mungkin besok lusa dapet haid, jadi aman,” desahnya yg juga menahan hasrat yg siap meledak beberapa saat lagi.

Akhirnya aqu merasakan kemaluanku diremas kuat sekali oleh otot kemaluannya, gerakan pinggulnya terhenti, sembari bokongnya ditinggikan, aqu mengocok kemaluanku, lagi dia menggeram dan..

“Oh om Ayu nyampe, ouh..ahh. nggh ahh enak.. enak hh..” Aqu pun tak tahan kemaluanku diremas dan disedot oleh kemaluannya, dgn satu dan dua kali sentakan kemaluanku menyemprotkan air mani kedalem kemaluannya.

Ketika aqu menyemprotkan air mani, kemaluannya menyedot kencang hingga kami berdua merasakan nikmat luar binasa. Puas aqu selesai ngecret dan begitu juga dia, ketika aqu ingin melepas kemaluanku, dia mencegahnya.

“Supayain didalem dulu sampe ngecil dan keluar sendiri yah.”

Akhirnya kami berbaring menyamping dgn kemaluanku masih nancep didalem kemaluannya, masih dapat aqu rasakan kedutan dalem kemaluannya namun telah melemah, dan kemaluanku mulai berangsur-angsur mengecil dan akhirnya lepas dgn sendirinya dari kemaluannya. Dia terkulai lemes dan bermandikan keringat. Aqu berbaring disebelahnya. Dia meremes2 kemaluanku yg berlumuran air mani dan telah lemes. Gak lama diremes2, hasratku timbul lagi, kemaluanku mulai ngaceng lagi.

“om, Ayu dientot lagi dong, tuh kemaluannya telah ngaceng lagi. om kuat banget seh, baru ngecret udah ngaceng lagi”.

Aqu diam saja, dia berinisiatif menaiki badanku. Disodorkannya putingnya ke mulutku, segera putingnya kukenyot2, hasratnya mulai memuncak lagi. Dia menggeser ke depan sehingga kemaluannya berada didepan mulutku lagi.

“om, jilat dong kemaluan Ayu, itilnya juga ya om”. Aqu mulai menjilati kemaluannya dan itilnya kuhisap, kadang kugigit pelan,
“Aah, om, diemut aja om, jangan digigit”, desahnya menggelinjang.

Dia gak bisa menahan diri lagi. Segera kemaluannya diarahkan ke kemaluanku yg telah tegang berat, ditekannya sehingga kemaluanku kembali amblas di kemaluannya. Dia mulai menggoyg bokongnya turun naik, mengocok kemaluanku dgn kemaluannya. Aqu memlintir putingnya, dia mendesah2. Karena dia diatas maka dia yg pegang kendali, bibirku diciumnya dan aqu menyambutnya dgn penuh hasrat. Bokongnya makin cepat diturun naikkan.

Aqu dgn gemas menggulingkannya sehingga kembali aqu yg segera mengenjotkan kemaluanku keluar masuk kemaluannya. Dia mengangkangkan pahanya lebar2, menyambut enjotan kemaluanku, dia gak bisa nahan lebih lama lagi, badannya makin sering menggelinjang dan kemaluannya terasa berdenyut2, “Om, aah”.

Akhirnya dia nyampe lagi, dia tergolek lemes, tapi aqu masih saja menggenjot kemaluannya dgn cepat dan keras, dia mendesah2 kenikmatan. Aqu bisa membuat dia nyampe lagi sebelom akhirnya dgn satu enjotan yg keras kembali aqu ngecretkan air maniku di kemaluannya.

Nikmat nya. Aqu menciumnya,

“Ay, nikmat banget deh ngen tot sama kamu”.
“iya om, Ayu juga nikmat banget, kalo ada kesempatan Ayu mau kok dien tot lagi sama om”.
“Bole aja Ay, ampe lupa nyobain g string kamu yg belubang bawahnya”.
“Laen kali ya om, ntar Ayu pake deh tu g string”
Share: